Thursday 5 January 2012

KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL DAN DESKRIPSI BUNYI SEGMENTAL BAHASA INDONESIA


KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL DAN DESKRIPSI BUNYI SEGMENTAL BAHASA INDONESIA
A.  Dasar Klasifikasi Bunyi Segmental
Klasifikasi bunyi segmental didasarkan berbagai macam criteria, yaitu:
1)      Ada tidaknya gangguan
2)      Mekanisme udara
3)      Arah udara
4)      Pita suara
5)      Lubang lewatan udara
6)      Mekanisme artikulasi
7)      Cara gangguan
8)      Maju mundurnya lidah
9)      Tinggi rendahnya lidah
10)    Bentuk bibir

1.    Ada Tidaknya Gangguan

Yang dimaksud dengan gangguan adalah penyempitan atau penutupan yang dilakukan oleh alat-alat ucap atas arus udara dalam pembentukan bunyi.
Bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu:
a)      Bunyi vokoid, yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.
b)      Bunyi kontoid, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.
2.    Mekanisme Udara
Mekanisme udara adalah dari mana datangnya udara yang menggerakkan pita suara sebagai sumber bunyi.Dilihat dari kriteria ini, bunyi-bunyi bahasa bisa dihasilkan dari tiga kemungkinan mekanisme udara, yaitu:
a)      Mekanisme udara pulmonis, yaitu udara yang dari paru-paru menuju keluar.
b)      Mekanisme udara laringal atau faringal, yaitu udara yang datang dari laring atau faring.
c)      Mekanisme udara oral, yaitu udara yang datang dari mulut.
3.    Arah Udara
Dilihat dari arah udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a)      Bunyi egresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju ke luar melalui rongga mulut atau rongga hidung.
b)      Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk ke dalam paru-paru.

4.    Pita Suara
Dilihat dari bergetar tidaknya pita suara ketika bunyi dihasilkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a)      Bunyi mati atau bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara tidak melakukan gerakan membuka menutup sehingga getarannya tidak signifikan.
Misalnya, bunyi [k], [p], [t], [s].

b)      Bunyi hidup atau bunyi bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara melakukan gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga bergetar secara signifikan.
Misalnya, bunyi [g], [b], [d], [z].



5.    Lubang Lewatan Udara
Dilihat dari lewatan udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a)      Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut, dengan menutupkan velik pada dinding faring.
b)      Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga hidung, dengan menutup rongga mulut dan membuka velik lebar-lebar.
c)      Bunyi sengau, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut dan ronggga hidung, dengan membuka velik sedikit.



6.    Mekanisme Artikulasi
Mekanisme artikulasi adalah alat ucap mana yag bekerja atau bergerak ketika menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan kriteria ini, bunyi dapat dikeompokkan sebagai berikut.
a.       Bunyi bilabial, yaitu bunti yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah dan bibir (labium) atas. Caranya, bibir bawah (sebagai artikulator) menyentuh bibir atas (sebagai titik artikulasi). Misalnya bunyi [p],[b],[m], dan [w].
b.      Bunyi labio-dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir(labium) bawah dan gigi (dentum) atas. Caranya, bibir bawah (sebagai artikulator) menyentuh gigi atas (sebagai titik artikulasi). Misalnya, [f] dan [v].
c.       Bunyi apiko-dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah (apeks) dan gigi(dentum) atas. Caranya, ujung lidah (sebagai articulator) menyentuh gigi atas (sebagai titik artikulasi). Misalnya, [t] pada [pintu], [d] pada [dadi](jawa), dan [n] pada [minta].
d.      Bunyi apiko-alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah dan gusi (alveolum) atas. Caranya, ujung lidah sebagai articulator menyentuh kaki gigi atas yang berperan sebagai titik artikulasi. Misalnya, [n] pada [nama].
e.       Bunyi lamino-palatal, bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah (lamina) dan langit-langit kertas (palatun). Caranya, tengah lidah sebagai articulator menyentuh langit-langit keras sebagai titik artikulasi. Misalnya, [c], [j],[ῆ].
f.       Bunyi dorso-velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum) dan anak tekak (uvula). Caranya, pangkal lidah sebagai articulator menyentuh anak tekak sebagai titik artikulasi. Misalnya, [q],[R].
g.      Bunyi laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok (laring). Caranya, udara yang keluar dari paru-paru digesekkan ke tenggorok. Misalnya, [h].
h.      Bunyi glottal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau celah (glottis) pada pita suara. Caranya, pita suara merapat sedemikian rupa sehingga menutup glottis. Misalnya, hamzah.

7.    Cara Gangguan
Dilihat dari car gangguan arus udara oleh ertikulator ketika buny diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.       Bunyi stop (hambat), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat sehingga udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali secara tiba-tiba. Tahap pertama (penutupan) disebut implosif (atau stop implosif). Tahap kedua pelepasan disebut eksplosif (atau stop eksplosif).
b.      Bunyi kontinum (alir) kebalikan dari bunyi stop. Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara tidak ditutup secara total sehingga arus udara tetap mengalir. Bunyi-bunyi selain bunyi stop disebut bunyi kontinum.
c.       Bunyi afrikatif (paduan), yaitu yang dihasilkan denga cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepas secara berangsur-angsur. Misalnya, [c],[j].
d.      Bunyi frikatif (geser), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Misalnya, [f],[v],[s],[z],[x].
e.       Bunyi tril (getar), yaitu bunyi yang dihasilkan ddengan cara arus udara ditutup dan dibuka berulang-ulang secara cepat. Misalnya, [r],[R].
f.       Bunyi lateral (samping), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup sedemikian rupa sehingga udara masih bisa keluar melalui salah satu atau kedua sisi-sisinya. Misalnya, [l] pada [lima].
g.      Bunyi nasal (hidung), yaitu bunyi yag dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat rongga mulut ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan lewat rongga hidung.

8.    Tinggi-Rendahnya Lidah
Dilihat dari tinggi rendahny lidah, bunyi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a.       Bunyi tinggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi,mendekati langit-langit keras. Caranya, rahang bawah merapat ke rahang atas.misalnya, [i] pada [kita].
b.      Bunyi agak tinggi, yaitu bunyi yang dihaslkan dengan cara posisi lidah meninggi,sehingga agak mendekati langit-langit keras. Caranya, rahang atas agak merapat ke rahang atas.
c.       Bunyi tengah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah di tengah. Caranya, rahang bawah dalam posis netral atau biasa. Akibat kenetralannya, bunyi ini biasa diucapkan secara tidak sadar oleh pembicara sebagai pengisi waktu ketika lupa atau sebelum mengucapkan kata-kata yang ingin diungkapkan.
d.      Bunyi agak rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah agak merendah, sehinggan agak menjauhi langit-langit keras. Caranya, rahag bawah menjauh dari rahang atas, di bawah posisi netral.
e.       Bunyi rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah merendah sehingga dari langit-langit keras. Caraya, rahang bawah diturunkan sejauh-jauhnya dari rahang atas.



9.    Maju-Mundurnya Lidah
Dilihat dari maju-mundurnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a.       Bunyi depan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah dinaikkan.
b.      Bunyi pusat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara lidah merata, tidak ada bagian lidah yang dinaikkan.
c.       Bunyi belakang, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian belakang lidah dinaikkan.

10.Bentuk Bibir
Dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a.       Bunyi bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir berbentuk bulat.
b.    Bunyi tidak bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir merata atau tidak bulat.

B.  Deskripsi Bunyi Segmental Bahasa Indonesia
Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yag diucapkan oleh penutur bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dan lingkungan.
1.      Bunyi Vokoid
2.      Bunyi kontoid
Bunyi [w] dan [y] ada yang menyebutnya sebagai semi vokoid karena kedua bunyi tersebut terdapat ciri-ciri vokoid dan kontoid. Jika dalam pengucapan bunyi [u], bundaran bibir dipersempit sehingga arus udara hampir-hampir terhambat, maka terjadilah bunyi [w]. begitu juga, jika pengucapan bunyi [i] posisi lidah dinaikkan terlalu tinggi kea rah langit-langit keras (palatun) sehingga arus udara hampir-hampir terhambat, maka terjadilah bunyi [y].
Dalam praktiknya, peristiwa penyempitan bibir ketika pengucapan bunyi [u] dan peninggian lidah ketika pengucapan bunyi [i] ini sering terjadi secara alamiah karena dipengaruhi oleh pengucapan bunyi-bunyi sesudahnya. Kedua peristiwa itu dikenal dengan labialisasi dan palatalisasi. Untuk mengetahui variasi bunyi yag lebih lengkap bisa dilihat pada deskripsi halaman 59.

2 comments:

  1. Tanpamu, aku hanyalah murid Pak Widodo yang cuma mampu berdiri ke depan sambil mengenggam ilmu yang tadi malam dipelajari mati-matian.

    ReplyDelete
  2. Jazakillah khair ilmunya

    ReplyDelete

jangan lupa komentar yapss!! biar saya tau jejak Anda.. =)