Thursday 5 January 2012

Folklore Lisan

a
1.      Jelaskan apa yang dimaksud “sastra lisan termasuk di dalam lingkaran ranah kebudayaan lisan (illiteracy) atau Teeuw menyebutnya dengan keniraksaraan (tth.:1)”!
2.       Dalam konteks kebudayaan barat, masalah keniraksaraan dapat diklasifikasikan dengan jelas dalam beberapa tahapan, yaitu: tahap lisan murni yang disebut sebagai bentuk lisan awal (primary orality), kebudayaan naskah (chirographic, manuscript), kebudayaan cetakan atau buku (typographic, print culture), kemudian kebudayaan radio, televisi yang disebut sebagai secondary orality (Walter J. Ong., 1989). Jelaskan masing-masing tahapan tersebut!
3.       Istilah sastra lisan berhubungan dengan terminologi.
a.       Cerita rakyat;
b.       Folkore;
c.        Folkspeach;
d.       Folkstory;
e.        Folktale; dan
f.        Volkskunde.
Jelaskan apa yang dimaksud oleh masing-masing terminologi tersebut dan bagaimanakah keterkaitannya!
Jawaban :
1.      Folklore atau sastra lisan adalah pengidonesiaan dari kata Inggris Folklore yang berasal dari dua kata yaitu Folk dan Lore.
Folk sama artinya dengan kolektif (collectivity). Menurut Dunles adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok lainnya.
Ciri-ciri pengenal fisik itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama, dan agama yang sama. Namun yang lebih penting lagi bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu suatu kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun sedikitnya dua generasi yang dapat mereka akui sebagai milik bersama. Disamping itu bahwa mereka sadar akan identitas kelompok mereka. Jadi folk adalah sinonim dari kolektif, yang juga memiliki cirri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama, serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat.
Lore adalah tradisi folk, yaitu sebagai kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai gerak isyarat atau alat Bantu pengingat.
Definisi folklore atau sastra lisan secara keseluruhan adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja , secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat Bantu pengingat. Sedangkan Teeuw menyebutnya kenikraksaraan berarti ketidakmampua membaca dan menulis. Tradisi lisan atau folklore ini bermula dan berkembang dari masyarakat jaman dahulu. Dikarenakan belum adanya masyarakat yang mengenal aksara sehingga sangat sulit untuk menyampaikan pesan-pesan atau amanah dari suatu kejadian tertentu yang dirasa amat penting dengan baca-tulis, oleh karena itu masyarakat mempunyai tradisi untuk menyampaikannya dari mulut ke mulut agar bisa ditangkap dan dipahami maknanya oleh generasi pemegang estafet zaman berikutnya.

2.      Primary orality :semua formasi teks yang ada masih dalam bentuk lisa, segala informasi disampaikan dalam bentuk lisan (lisan murni), contohnya, guru-guru, kepala adat, atau pemuka agama apabila ingin menyampaikan ajarannya maka disebarkan dan diajarkan secara lisan.
Kebudayaan naskah (chirogaphy,manuscrift) : Suatu naskah manuskrip (bahasa Latin)  manuscript: manu scriptus ditulis tangan), secara khusus, adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan, dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain. Kata 'naskah' diambil dari bahasa Arab nuskhatum yang berarti sebuah potongan kertas. Sebelum ditemukannya percetakan, semua dokumen tertulis harus dibuat dan diperbanyak dengan ditulis tangan. Biasanya, naskah dibuat dalam bentuk gulungan atau buku, dan untaian naskah lontar/nipah, dluwang/daluang (kertas tradisional berserat kasar dari kulit pohon), dan kertas.
Kebudayaan cetakan atau buku (thypograpic,print culture) : Keberaksaraan cetak (print literacy) mengubah unsur-unsur tradisi penulisan dan praksis-praksisnya.
Keberaksaraan cetak juga menjadi wahana bagi bentuk-bentuk baru dari
unsur-unsur kebudayaan, mencangkokkan tradisi dengan modernitas. Tentang bahasa,cetakan menahan sifat menyimpang dan kelenturan bahasa, membakukan ciri kelisanan dan ciri khirografik berbasis keberaksaraan. Pada saat masyarakat sudah mengenal aksara atau baca tulis, maka tradisi lisan berubah menjadi dikemas dalam bentuk cetakan atau buku. Kesadaran manusia ditransformasikan ketika budaya kelisanandiambil alih oleh budaya keberaksaraan. Hal yang sama juga dapat dikatakan ketika cetakan menggantikan tulisan tangan: cetakan memperkuat dan mentransformasi efek-efek tulisan atas pikiran dan perasaan manusia.

secondary orality : Dari keberaksaraan perlu dikaitkan dengan sarana atau media penulisan.Ketika media cetak memasuki dunia keberaksaraan, pelbagai segi kebudayaan berubah:perwujudan ‘buku’, bentuk tulisan, dan cara membaca. Perubahan semacam itu tampaknya terjadi juga ketika muncul radio dan televisi sebagai teknologi baru. Oralitas dan auralitas kembali memasuki dunia pemikiran orang dengan cara yang tak dikenal sebelumnya. Namun, itu berbeda dari budaya oral-aural dalam pernaskahan dahulu. Juga visualitas mulai menginvasi pemikiran orang dan semakin menjadi dominan dalam kehidupan orang. Mungkin saja sebagian orang yang tak melek huruf di Indonesia langsung saja masuk ke dunia ‘audio-visual’ tanpa melalui keberaksaraan. Melihat dan mendengar pernah sangat penting dalam kesenian dan kesusastraan di komunitas-komunitas tradisional, tapi itu akan menjadi penting dalam arti dan arah yang lain. Yaitu dari komunitas ke individualitas. Orang tidak lagi berbagi perasaan dengan orang lain tapi menyendiri di depan layar liquid-crystal termasuk komputer pribadi.
3.      cerita rakyat : sebagian kekayaan budaya dan sejarah yag dimiliki bangsa Indonesia, yang pada umumnya menceritakan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal-muasal suatu tempat. Cerita rakyat selain sebagai hiburan, juga sebagai media pendidikan.
Folklore : sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja , secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat Bantu pengingat.
Folkspeach : Bentuk-bentuk folklor Indonesia yang termasuk dalam kelompok bahasa rakyat adalah logat (dialect) bahasa-bahasa Nusantara, misalnya logat bahasa Jawa dari Indramayu, yang merupakan bahasa Jawa Tengah yang telah mendapat pengaruh bahasa Sunda; atau logat bahasa Sunda dari Banten; atau logat bahasa Jawa Cirebon, dan logat bahasa Cirebon Sunda (Danandjaja, 1997: 22-23).
Folkstory : Sekelompok cerita tradisional Sunda dalam sastra Sunda istilahnya adalah dongeng (Rusyana, 2000: 207). Dongeng merupakan cerita prosa rakyat. Karena menurut pendapat Rusyana (2000: 207) istilah dongeng digunakan untuk menyebut sekelompok serita tradisional dalam sastra Sunda. Di dalam sastra Sunda terdapat jenis cerita yang diketahui sudah tersedia dalam masyarakat, yang diterima oleh para anggota masyarakat itu dari generasi yang lebih dulu. Dongeng dituturkan oleh seseorang kepada yang lainnya dengan menggunakan bahasa lisan.

Folktale : Dongeng biasa adalah yang dalam leteratur lain disebut sebagai dongeng atau folktale, yaitu cerita tradisional yang pelaku dan latarnya dibayangkan seperti dalam keadaan sehari-hari, walaupun sering juga mengandung hal yang ajaib. Waktunya dibayangkan dahulu kala. Oleh masyarakat pemiliknya cerita jenis ini tidak diperlakukan sebagai suatu kepercayaan atau suatu yang dibayangkan terjadi dalam sejarah, melainkan diperlakukan sebagai cerita rekaan semata-mata (Rusyana, 2000: 211).
Volkskunde : atau biasa disebut Nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian (Brudvand dalam Danandjaja, 1997: 141).
Contohnya: kakawihan urang lembur (tokecang, endeuk-eundeukan, ayang-ayagung, prang-pring, bulantok, cing cangkeling, dll.), kagu-kagu gondang, lagu-lagu calung, lagu-lagu celempungan, lagu pa nyawer, lagu pangjampe, dll.


No comments:

Post a Comment

jangan lupa komentar yapss!! biar saya tau jejak Anda.. =)