Saturday, 7 January 2012

Horor Kaku

#Ditulis untuk memenuhi tugas Kemahiran Mendengar Bahasa Indonesia 2




Gedung Pemuda
Tampak dari luar, gedung yang memiliki pintu berwarna merah itu terlihat gelap. Meskipun ketika hari sedang terik, gedung itu tetap bernuansa gelap. Kata pak Siroji, tukang kebun di kompleks itu, gedung pemuda itu sudah lama tidak difungsikan sebagai semestinya.

Gedung yang terletak di pojok kompleks Taman Surya Kencana ini sudah lebih dari enam tahun sudah ditinggalkan pengelolanya, entah karena sebab apa sehingga gedung itu kini menyisakan sejuta kenangan di benak warga kompleks Taman Surya Kencana.




Banyak rentetan cerita yang masih sering diperbincangkan masyarakat. Salah satunya adalah cerita mistik munculnya bayang-bayang seperti wujud monster besar di dalam sana. Mungkin itulah salah satu alasan pengelola mulai beranjak meninggalkan gedung itu. Sebab, tidak hanya satu atau dua warga yang mengalami keganjalan-keganjalan di sana, si tukang kebun itu pun mengaku pernah menyaksikan pemandangan yang kurang mengenakan dan berbau mistik.

Aku mulai penasaran tentang kebenaran cerita warga kompleks. Apalagi mendengar tuturan kisah dari pak Siroji sendiri. Karena letaknya yang memojok, sehingga gedung itu terlihat menyendiri. Tidak ada bangunan lain yang menemani gedung itu, sehingga apabila disaksikan lebih dalam maka akan ada semacam getaran ketakutan yang timbul tenggelam di dada.

Aku mulai melangkahkan kaki menuju pintu berwarna merah gedung itu. tanpa ketukan pun, pintu sudah bisa dibuka sebab tidak pernah dikunci. Kata pak Siroji, tidak ada barang berharga di sana, sehingga tidak perlu dikunci.

Pintu mulai berderak ketika tanganku mulai menyentuh daun pintu, serta mendorongnya pelan. “Sreeeek!” Pintupun terbuka. Aroma debu langsung masuk ke hidung bahkan ke sela-sela tenggorokanku yang menyebabkanku berdehem keras. Tenggorokanku terasa serak. Setelah pintu terbuka, terhampar sebuah aula yang luasnya sekitar 25x25 meter persegi di depan mata tepat di tempatku berdiri. Pemandangan yang tidak asing untuk sebuah gedung ataupun bangunan yang memang sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Debu yang bertengger dan hinggap di mana-mana. Jendela kaca terlihat sangat muram, kumal, penuh debu. Lantai yang berkeramik putih meninggalkan jejak-jejak sepatuku, saking tebalnya debu.

Selain debu yang menghiasi seluruh ruangan, juga banyak sarang laba-laba di setiap sudut dinding. Mengesankan bahwa bangunan ini benar-benar sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya. Banyak sekali ceceran sampah di lantai gedung itu. sampah plastik, sampag kertas, kardus makanan, botol minuman plastik yang sepertinya menggambarkan bahwa dulu pengguna gedung kurang benar-benar menjaga dan merawat kebersihan gedung pemuda.

Di sudut gedung sebelah kanan terdapat sebuah meja yang di atasnya juga terdapat banyak debu tebal. Juga ada banyak sampah berserak di atas meja itu. sepertinya itu adalah sisa sampah pengguna gedung terakhir kalinya sebelum ditinggalkan. Salah satunya adalah sampah  gelas plastik minuman kemasan, serta didalamnya masih tersisa sedikit air minum namun di dalamnya terdapat bangkai cicak mati yang mungkin terjepit ketika masuk ke dalam gelas, lalu tidak bisa mengeluarkan diri.

Di sudut gedung sebelah kiri terdapat sebuah kamar mandi. Sebelum melangkah ke arah kamar mandi, lebih dahulu pandanganku kulemparkan ke luar ruangan. Ke arah jendela. Dari intipan cela jendela, bisa kusaksikan pantulan senja yang merah menyala. Aku teringat kata ibu, ketika senja maka akan banyak makhluk halus yang bergentayangan. Kakiku ingin melangkah mendekati kamar mandi, namun, hati ini sepertinya lebih ingin pergi menjauh, keluar, dan meninggalkan gedung ini.

Perlahan, ternyata ketakutanku datang. Mungkin benar yang dikatakan orang-orang, pikirku gelisah. Cahaya-cahaya senja dan padanan warna gelap menyulap seluruh ruangan ini menjadi ruangan yang memang dihuni oleh seribu makhluk halus seperti di televisi. Ah, meskipun begitu, tetap saja kakiku melangkah ke arah kamar mandi.

Delapan hingga sepuluh langkah saja, aku sudah berada tepat di depan pintu kamar mandi. Sebelum aku membuka pintu, kulempar lagi pandangan ke arah dinding yang sejajar dengan kamar mandi. Sleeep!!

Hah, selintas sebuah bayangan, entah itu bayangan apa. terlihat di dinding itu, dan sialnya lagi aku juga menyaksikan bayangan sekelibat itu nampak. Aku jadi teringat kata-kata terakhir pak Siroji, “Bayangan itu biasanya datang ketika hari mulai petang beranjak malam.”

Ada banyak jangan-jangan muncul di otakku. Jangan-jangan itu yang diceritakan orang-orang. Jangan-jangan itu hantu. Jangan-jangan aku tidak akan bisa keluar dari tempat ini. Jangan-jangan ini hari sialku. Ahh.. takut itu mulai merajai.

Aku memejamkan mata sebentar. Pintu kamar mandi di depanku juga masih menyisakan sejuta misteri yang ingin kugali. Namun ketakutan sudah merajai. Apa sebaiknya aku melangkah keluar, pikirku.

Sleep!.. bayangan itu melintas lagi. “Glodaakk!” hah! Ketakutanku mulai meredup. Ada sesutau yang terjatuh. Pikiranku mulai terbagi, bukan untuk ketakutan, namun mencari sesuatu yang terjatuh dan menimbulkan bunyi itu. bunyi terdengar jelas dari arah belakangku. Dari sebuah meja yang banyak menyisakan sampah diatasnya.

Aku berbalik arah. Melangkah lagi ke meja itu. Baru tiga langkah kakiku menapak, terdengar bunyi “Ciitt..ciiit..ciiit!” yang tidak lain suara tikus, dan ketika kuamati lebih dalam dengan pandangan mataku, ternyata tikus itu di atas meja. Saling berkejaran dengan sekawanan tikus lainnya. Memantulkan banyak bayangan di dinding-dinding yang mendapat pantulan dari sinar senja. Sekejap, ketakutanku hilang. Kesan angker di otakku mulai terhapuskan.

No comments:

Post a Comment

jangan lupa komentar yapss!! biar saya tau jejak Anda.. =)