Seorag rabi Yahudi, pendeta Anglikan, pastor Katolik dan Biksu menghadiri acara pertemuan lintas agama. Saat itu mereka tengah istirahat untuk makan siang. Mereka sangat akrab satu sama lain karena sudah lama saling kenal. Setelah maka siang, mereka duduk bersama. Kemudian rabi Yahudi berkata, “Kalian tahu ka, kita sudah bersahabat begitu lama. Kadang sulit sekali bagiku mengatakan hal ini kepada rekan-rekan seagamaku, sebab kalau samapi bocor kelaur, reputasiku akan hancur. Namun aku perlu mengatakannya kepada orang lain bahwa aku punya masalah.”
Pendeta Anglikan, biksu, dan pastor Katolik berkata, “Apa masalahmu? Kamu bisa beritahu kami sebab kami bukan Yahudi. Kami janji tidak akan memberitahu siapa pun!” Rabi Yahudi berkata, “Masalahku adalah... aku ini penjudi. Dan bukan Cuma judi pacuan Melbourne Cup, tapi apapun aku judikan. Ketika orang-orang tidak melihat, aku pergi ke Internet dan berjudi. Kadang aku pergi ke kasisno. Banyak uang habis, tapi aku tergila-gila berjudi dan aku tidak bisa memberitahu siapa pun karena aku ini seorag rabi, mereka tidak akan bisa mengerti. Inilah reputasiku, pekerjaanku...”
Ketika rabi Yahudi itu mengatakan bahwa ia seorang penjudi, para agamawan pun terkejut. Sebab orang ini benar-benar terlihat seperti orang yang alim. Namun mereka mau menerima pengakuan, sebab mereka tahu bahwa selama Anda masih bisa mengakui kesalahan, masih ada peluang untuk mendapat pertolongan, misalnya dari asosiasi Gamblers Anonymous atau apapun. Mereka pun memuji pengakuannya. Rabi itu berkata, “Sungguh sulit bagiku untuk akhirnya bisa mencurahkan beban di dadaku ini, tapi sekarang aku merasa jauh lebih baik. Adakah dari kalian yang ingin mengakui masalah kalian?”
Pendeta Anglika terdiam selama beberapa saat lalu wajahnya berubah menjadi sangat serius. “Oke,” katanya, “aku benar-benar tidak mau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, sebab kalau ini sampai diketahui gerejaku, tama aku!” Ia berkata, “Sehabis misa setiap hari Minggu, jika ada sisa anggur, aku minum hingga habis. Tidak hanya itu, di kamarku aku menyembunyikan banyak botol Whisky. Aku ini alkoholik dan aku telah menyembunyikannya selama bertahun-tahun dan tidak seorang pun tahu.” Dan memang, ia menyembunyikannya dengan begitu baik selama bertahun-tahun hingga mereka tidak pernah menyangka ia adalah seorang pecandu alkohol. Namun, sahabat-sahabat lintas agamanya berkata, “Syukurlah kamu mengakuinya kepada kami. Mungkin sekarang kamu bisa melakukan masalah itu.”
Giliran berikutnya adalah pastor Katolik. Merek mendesak, “Nah, bagaimana dengan kamu?” “Ini jauh lebihburuk, jauh jauh jauh lebih parah!” “Apa itu?” Ia berkata, “Bisakah aku tidak katakan kepada kalian? Tolonglah....” Mereka berkata, “Tidak, tidak, tolonglah, kamu harus beritahu kami.” Akhirnya pastor itu menghela napas panjang dan berkata, “Ini perselingkuhan, tapi jauh lebih buruk dari itu... dengan suami salah satu umat paroriku.... Aku adalah peselingkuh sesama jenis.”
Itu jelas bukan hal yang baik, tapi setidaknya ia mengakuinya. Yang lainnya tentu saja sama sekali tidak pernah menyangka. Mereka berkata, “Wow! Itu buruk sekali, tapi setidaknya kami mengagumi keberanianmu mengakuinya kepada kami. Setidaknya kamu sekarang bisa lega.”
Lalu giliran terakhir adalah biksu. Biksu itu melihat ke jam dinding dan berkata, “Sudah waktunya kita kembali ke acara.” Mereka semua berkata, “Oh, ayolah! Kasih tahu kami!” Bksu itu berkata, “Tapi aku tidak bisa!” “Ayolah! Kami semua sudah bilang! Tolonglah!” “Mohon jangan tanya aku.” “Tentunya tidak bisa lebih buruk lagi ketimbang berjudi, alkoholik atau berzinah kan?” Biksu itu berkata, “Kawan, jauh lebih buruk dari semua itu. jangan tanya aku!”
Mereka memaksanya berbicara, tidak ada jalan keluar. Akhirnya biksu itu berkata, “Masalahku.... aku ini tukang gosip!” ia tidak bisa tidak mengulang cerita yang tela ia dengar! Sebesar itulah buruknya gosip. Akhirnya ketiga agamawan itu sangat tidak senang ketika ia mengakui hal itu.
_Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya_
No comments:
Post a Comment
jangan lupa komentar yapss!! biar saya tau jejak Anda.. =)