Friday, 2 December 2011

Untuk Ibu yang Mana?



Hujan semakin deras mengguyur kota itu. Di saat hujan seperti ini,beban akan menambahi tumpuhan berat di pundak Mbok Ija. Sebagai buruh di pabrik kerupuk, yang selalu mengharapkan panas datang meskipun musim penghujan. Sebab tanpa panas berarti upahnya akan berkurang karena sedikit kerupuk saja yang bisa dia dapatkan karena tidak banyak kerupuk yang kering. Malah seringkali tidak mendapatkan krupuk dalam keadaan kering.


Di saat hujan deras seperti ini, Mbok Ija, meskipun hujan mematahkan kering kerupuk-kerupuk itu, tetapi tidak untuk mematahkan semangatnya. Tidak ada rotan akar pun jadi. Tidak ada krupuk, mencari barang-barang bekas pun jadi.


Ditengah-tengah guyuran hujan yang deras ia masih saja melangkah ditengah genangan banjir di jalanan kota.
“Belum pulang, Mbok Ja?” sapa seseorang yang mengenalnya.


“Belum. Krupuk tidak bisa kering!” sahut mbok Ja sembari menjelaskan bahwa kalau kerupuknya tidak kering maka profesi ini yang dia kerjakan.
“Nggak pulang saja, Mbok. Hujan semakin deras, banyak petir pula!”
Mbok Ja hanya menggeleng.


“Awas, Mbok. Minggir ke sini!” teriak orang itu sambil menarik lengan mbok Ja.
“Jroooss!!”
Terlambat. Ada sebuah mobil melintas di jalanan itu dengan kencang. Mbok Ja yang hanya bertemankan payung sebagai pelindung rambutnya dari hujan pun akhirnya basah akibat genjretan mobil.
“Astaghfirullahaladzim!” Mbok tergagap, melapangkan hatinya sambil mengelus dada.
“Mbok Ja nggak apa?” tanya orang itu.
“Oh, tidak apa kok!” sambil menggeleng.
“Kenapa tidak pulang saja, hujan semakin deras?”
“Tidak bisa, besok terakhir membayar SPP Andi!” Sahut Mbok Ja dengan Senyum. Andi, anak Mbok Ja satu-satunya.

***

Itu adalah secuil cerita tentang perjuangan seorang ibu untuk anaknya. Juga untuk pendidikan anaknya. Jika ibu sanggup demikian untuk kita, lalu seberapa sanggup kita melakukan SESUATU untuk ibu kita?

No comments:

Post a Comment

jangan lupa komentar yapss!! biar saya tau jejak Anda.. =)