Thursday 5 January 2012

Sejarah dan Filsafat Zaman Socratez


*Siapa Socrates?*
                        Socrates adalah seorang filsuf yang handal, beliau adalah filsuf yang mengajari Plato, sedangkan setelahnya Plato mengajari Aristoteles. Socrates hidup dan berjaya pada 470-399 SM. Beliau adalah seorang filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah seorang figur yang paling penting dalam tradisi filosofi barat. Socrates lahir di Athena dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.

a.       *Riwayat Hidup*

Socrates dilahirkan dari pasangan seorang ayah yang merupakan pemahat patung yang bernama Sophroniskos. Ayahnya adalah seorang pemahat patung batu (stone mason). Ibunya berprofesi sebagai seorang bidan yang bernama Phainarete. Dari sudut pandang ibunya dia kemudian menamai filsafatnya menjadi filsafat kebidanan.

Secara historis, Socrates tidak pernah menuliskan buah peikirannya. Yang bisa dikenal dalam sosok Socrates adalah malalui Plato, salah seorang muridnya. Selain Plato juga ada Xenophone (430-357) SM. Yang paling terkenal dari Socrates adalah berasal dari catatan Plato, Plato selalu menuliskan dialognya dengan Socrates. Dan dalam karya-karyanya selalu memuat nama Socrates, nama Plato sendiri hanya muncul sebanyak tiga kali. Dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus. Dari hal di atas, sehingga sangat sulit untuk menemukan pemikiran-pemikiran dari Socrates. Sulit untuk mengetahui, mana gagasan asli milik Socrates yang dikemukakan Plato, juga sebaliknya. Plato selalu menggunakan nama gurunya itu untuk tokoh dalam karya-karyanya.

Socrates dikenal sebagai seorang yang sederhana, tidak tampan dan juga suka berkeliling mengitari sekelilingnya. ia berkeliling untuk berfilsafat dari rumah ke rumah dengan diskusi. Hal itu didasari untuk membenarkan satu motif dari salah seorang temannya dari Oracle Dhelpi tentang adanya suara gaib yang mengatakan bahwa tidak ada manusia yang lebih bijak selain Socrates. Maka, karena ia merasa tidak bijak, iapun berkeliling dengan mendatangi rumah orang-orang yang dianggap bijak. Ia mencoba mengajak berdiskusi secara mendalam. Orang yang diaggap bijak tersebut diberi pertanyaan, tetapi tidak bisa menjawab. Sehingga Socrates merasa bahwa yang dianggap bijak belum tentu bijak. Karena dia juga tidak menyadari bahwa dirinya bukan seorang yang bijak. Socrates pun menganggap bahwa dirinya yang paling bijak. Metode yang demikianlah yang disebut sebagai metode kebidanan, ia meniru gaya ibunya, bagaimana ibunya yang seorang bidan membantu melahirkan seorang bayi dengan penuh perjuangan dengan mendatangi satu rumah ke rumah yang lain. Sedangkan cara berfilsafat Socrate juga demikian, ia menerapkan kebidanan dalam berfilsafatnya, dengan cara mendatangi rumah penduduk satu-persatu untuk diajak berdiskusi secara mendalam dan sehingga bisa melahirkan pengetahuan.

Cara berfilsafatnya yang demikian itulah yang menyebabkan rasa sakit hati dari para tokoh yang dianggap bijak oleh masyaraktnya pada saat itu. Mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat sesungguhnya tidak pernah mengetahui apa yang ingin mereka ketahui. Orang-orang yang dianggap bijak tersebut mematahkan cara bersilfata Socrates. Sokrates ditahan dengan tuduan merusak genarsi masa depan dengan cara berfilsafatnya yang demikian. rasa sakit hati itulah yang akan mengantar Socrates pada kematian. Socrates dihukum mati dengan minum racunnya sendiri. Ia divonis mati dengan minum racun atas sidang dan voting pengadilan yang menghendaki ia mati 280 sedangkan yang menghendaki dia tidak bersalah adalah 220.

Sebenarnya Socrates bisa lolos dari pengadilan dengan bantuan para teman dan sahabatnya seperti dalam Kroti, tetapi ia menolaknya karena patuh dengan hukum dan ketentuan yang sudah ia kontrak dengan kota Athena. Caranya menghadapi hukuman mati dengan indah dituliskan dalam karya Plato yakni Phadeo. Kematian Plato menjadi salah satu peradilan yang sangat bersejarah dalam masyarakat barat disamping peradilan Yesus Kristus.
2.2       Filsafat Socrates

Filsafat Socrates adalah cara pemikirannya mengejar definisi dari suatu yang absolut secara dialetika. Pengejaran pengetahuan haikiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan untuk para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari perspektif alam semesta menjadi ke manusia merupakan perkembangan dari filsafat selanjutnya. Manusia menjadi obyek filsafat yang sangat penting ayng sebelumnya sudah dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi dasar selnajutnya untuk melahirkan filsafat etika dan estetika.

Sumbangsih Socrates yang terpenting adalah buah dari metode pemikiran dan penelitiannya yang dikenal sebagai Elenchos. Yang banyak digunakan untuk menyelidiki tingkat moral. Oleh karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak filsafat sumber etika dan moral secara umum.

Tokoh Filsafat Socrates
A.        ANTISTHENES
                        Antisthenes mengajar setelah kematian Sokrates di gymnasium Kunosargos di Athena (kunos=anjing). Ia menaruh perhatian kepada etika. Menurutnya, manusia harus melepaskan diri dari segala sesuatu. Tidak ada sesuatu yang boleh dia bergirang atau bersusah. Ia harus senantiasa puas terhadap dirinya sendiri. Satu-satunya asas hidup ialah bebas secara mutlak terhadap semua anggapan orang banyak dan hukum-hukum mereka. 

            B.        ARISTIPPOS
Aristippos dari Kirene mempunyai pandangan yang justru sebaliknya dari Antisthenes. Satu-satunya tujuan perbuatan kita adalah kenikmatan (hedone). Walaupun demikian tugas orang bijak bukan untuk dikuasai oleh kenikmatan, melainkan untuk menguasainya.

                        Zaman Sokrates adalah zaman yang penting sekali, sebab zaman ini 
mewujudkan zaman penghubung, yang menghubungkan pemikiran pra Sokrates dan pemikiran Helenis. Contohnya ke belakang Aristippos menggabungkan diri dengan Demokritos, sedang ke depan ia menjadi pelopor aliran Epikuros. Ke belakang ajaran Antithenes menggabungkan diri dengan Herakleitos, sedang kemudian ajaran ini timbul dalam bentuk yang lebih lunak, yaitu dalam aliran Stoa.

C.         PLATO (427-347)
                        Plato adalah filsuf Yunani pertama yang lebih banyak diketahui berdasarkan karya-karyanya yang utuh. Ia dilahirkan dari keluarga yang terkemuka, dari kalangan politisi. Semula ia ingin bekerja sebagai seorang politikus, akan tetapi kematian Sokrates memadamkan ambisinya untuk menjadi seorang politikus. Selam 8 tahun, ia menjadi murid Sokrates. Ia kerap bepergian hingga Italia dan sisilia. Setelah kembali dari pengembaraannya ia mendirikan sekolah akademi (dekat kuil pahlawan Akademos). Maksud Plato dengan mendirikan sekolah itu adalah memberikan pendidikan yang intensif dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia memegang pimpinan akademi itu selama 40 tahun.
         
                           Banyak sekali karyanya yang masih utuh dalam keadaan lengkap. Kesulitannya yaitu membedakan antara hasil karyanya yang asli dan yang bukan asli tetapi ditulis olehnya. Pembagian yang mendekati kebenaran adalah pembagian yang didasarkan atas patokan lahiriah dalam 5 kelompok yaitu karyanya ketika ia masih muda, karyanya pada tahp peralihan, karyanya mengenai idea-idea, karyanya pada tahap kritis dan karya-karyanya pada masa tuanya. Di antara buku-buku yang ditulisnya yaitu Apologia, Politeia, Sophistes, Timaios, dan lain-lain. Beberapa buah karyanya pada umumnya disusun dalam bentuk dialog. Tidak ada yang tahu apa sebabnya. Mungkin karena pengaruh Sokrates, yang terlihat memegang peranan penting dalam karya-karyanya. Begitu penting tempat yang diberikan kepada Sokrates (sering dijadikan tokoh utama), sehingga karya-karya Plato itu dapat dipandang sebagai monument atau tugu peringatan bagi Sokrates. Dari segala karyanya dapat diketahui, bahwa Plato kenal para filsuf yang mendahului dia, seperti Herakleitos, Phytagoras, para filsuf Elea dan terlebih-lebih para kaum sofis. Ingin sekali ia ikut berusaha menangani persoalan yang dihadapi oleh Herakleitos dan Parmenides. Herakleitos hanya mau mengakui gerak saja dan menolak segala gagasan tentang perhentian. Parmenides sebaliknya hanya mau mengakui perhentian saja dan menolak segala gagasan tentang gerak.

                        Tidak dapat dibantah, bahwa di dalam dunia ini kita hanya mengamati hal-hal yang berubah dan dapat binasa saja. Tetapi Plato yakin, bahwa disamping hal-hal yang beranekaragam dan yang dikuasai oleh gerak serta perubahan-perubahn itu tebtu ada yang tetap, yang tidak berubah. Di samping hal yang baik, tentu ada yang baik yang berlaku umum. Di samping banyak hal yang benar, tentu ada yang benar yang berlaku umum, yang berlaku bagi semuanya. Demikian juga halnya dengan keindahan. Apa yang sungguh-sungguh baik, benar dan indah, tentu baik, benar dan indah bagi siapapun juga, kapanpun juga, dan di manapun juga. Memnag harus diakui, bahwa ada hal-hal yang berubah dan ada hal-hal yang tidak berubah . Keduanya tidak dapat disangkal.

            Menurut Plato, tidak mungkin seandainya yang satu mengucilkan yang lain, artinya bahwa mengakui yang satu, harus menolak yang lain. Juga tidak mungkin, bahwa kedua-duanya berdiri sendiri-sendiriyang satu lepas dari yang lain.Plato ingin mempertahankan keduanya, memberi hak berada bagi keduanya. Menurut Plato, bahwa yang serba salah itu dikenal oleh pengamatan,, akan tetapi yang tidak berubah dikenal oleh akal. Yang baik, yang benar dan yang indah melalui akal kita mengenal yang baik (kebaikan), yang benar (kebenaran) dan yang indah ( keindahan). Demikianlah Plato berhasil menjembatani pertentangan yang ada antara Herakleitos, yang menyangkal tiap perhentian dan Parmenides, yang menyangkal tiap gerak dan perubahan. Yang tetap , yang tidak berubah, yang kekal itu oleh Plato disebut “idea”. Bagi Plato idea bukanlah gagasan yang hanya terdapat di dalam pikiran saja, yang bersifat subjektif. Idea ini bukan gagasan yang dibuat manusia, yang ditemukan manusia sebab idea ini bersifat objektif. Artinya berdiri sendiri, lepas dari subyek yang berpikir tidak tergantung kepada pemikiran manusia, tetapi justru sebaiknya idealah yang memimpin pikiran manusia.

D.        Aristoteles(384-322 SM)
Aristoteles dilahirkan di Stageira, Yunani Utara anak seorang Dokter pribadi raja Makedonia. Pada waktu ia berumur kira-kira 18 tahun, ia dikirim ke Atena untuk belajar pada Plato. Selama 20 tahun ia menjadi murid Plato. Setelah Plato meninggal dunia Aristoteles mendirikan  di Assos(asia kecil).

            Hasil karyanya banyak sekali. Sulit sekali menyusun karyanya secara sistematis. Hasil karyanya dapat

                                     Dibagi atas 8 bagian yang mengenai logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik,  ekonomi, retorika, dan poetika. Ada juga yang menguraikan perkembangan pemikiran Aristoteles meliputi 3 tahap yaitu:
a)      Tahap di akademi, ketika ia masih setia kepada gurunya yaitu Plato termasuk ajaran Plato tentang idea.
b)      Tahap ia di Assos, ketika ia berbalik dari Plato, mengkritik ajaran Plato tentang idea-idea serta menentukan filsafatnya sendri.
c)      Tahap ketika ia sekolah di Atena, waktu ia berbalik dari berspekulasi kepenyelidikan empiris, mengindahkan yang kongkrit dan yang individual.

            Logika sebagai ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah yang membicarakan hal bentuk-bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran itu adalah ciptaan Aristoteles. Menurut Arostoteles berpikir dengan perantaraan pengertian-pengertian . tiap pengertian berpanutan dengan benda tertentu. Maka tiap pengetahuan adalah suatu penggambaran kenyataan. Segala pengertian dapat dihubungkan yang sati dengan yang lain menurut tertubnya dan dapat disusun menurut sifat-sifatnya yang umum.

Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis).Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).

Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
Sokrates adalah manusa (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.

Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.

Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material.Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.

Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.

            Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
           

No comments:

Post a Comment

jangan lupa komentar yapss!! biar saya tau jejak Anda.. =)