Makhluk Terserakah

          Ketika saya pulang kampung, pasti saya melewati beberapa hutan yang di dalamnya terdapat banyak satwa yang langkah dan dilindungi. Suatu ketika saya pulang kampung. Sebelum berangkat, saya siapkan jambu biji dan saya potong-potong menjadi beberapa bagian yang sama rata. Kemudian saya berangkat.

Sesampainya di hutan itu, tepat di pinggir jalan tempat lalu lalang kendaraan umum, banyak sekali kera-kera di pinggir jalan. Ada yang becanda ria atau mencari makan. Kemudian jambu biji yang saya siapkan saya lemparkan ke arah kera. Pada awalnya hanya ada sekitar empat atau lima kera. Namun tiba-tiba tak lama kemudian banyak kera-kera lain yang keluar dari dalam hutan.

Tentu mereka keluar hutan juga ingin mendapat bagian dari apa yang saya lemparkan. Hanya seiris jambu. Memang bagi saya itu tidak seberapa berarti, namun bagi mereka itu adalah penyambung hidup mereka.

Saat geromobolan kera yang keluar sudah sangat banyak maka semakin banyak pula yang saya lemparkan. Lemparan demi lempara ternyata membuat persediaan jambu biji itu habis. Sedangkan di sana masih banyak kera yang mengejar mobil yang saya tumpangi ketika saya menjauh pergi.

Sedih sekali rasanya melihat kera-kera itu sampai mengejar, namun lebih sedih lagi ternyata teman-teman mereka yang lain juga banyak yang mendapat jatah dobel. Humm... jadi kepikiran kerakusan manusia.

Ternyata manusia tidak jauh beda dengan saudaranya. Para kera itu ya,,, J manusia juga demikian. Selalu mengambil keuntungan lebih dengan tidak memperhatikan orang lain. Selalu rakus, tidak mau tahu keadaan yang lain, dan serakah. Apakah kita sama seperti kera-kera itu? ya, kita sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Namun kita tidak sama untuk urusan memanusiakan manusia, pekerti, apalagi ilmu pengetahuan. Jadi, untuk mengedepankan sikap yang baik, seharusnya kita sebagai pemilik akal harus lebih unggul. Jangan malah bangga dengan sifat yang sama dengan kera.